Komoditi

Tebu

Gula merupakan produk akhir utama dari tebu yang menjadi salah satu bahan esensial untuk digunakan sebagai penambah rasa bagi makanan dan minuman. Selain gula, ada beberapa produk sampingan/turunan dari tanaman tebu yaitu tetes tebu (molase) dan ampas tebu (bagase) yang saat ini masih terbatas sebagai pakan ternak, bahan baku pupuk, pulp dan sebagainya yang nilai ekonominya belum terlalu tinggi. Namun walaupun gula mempunyai nilai ekonomis yang tinggi disbanding produk hasil olahan tebu lainnya, jumlah produksi gula di dalam negri belum mampu untuk mencukupi kebutuhan gula di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemeliharaan pada tanaman tebu yang menyebabkan gulma tumbuh di lahan tebu.

Apa yang kita lakukan

  Gulma yang tumbuh di lahan tebu menjadi masalah serius karena gulma yang tumbuh di sela-sela barisan tebu dapat mengakibatkan tanah tidak subur dan menurunkan produktivitas. Penelitian menyebutkan bahwa gulma pada lahan tebu dapat mengakibatkan penurunan bobot tebu antara 22-52% (tergantung lahan yang digunakan).

  Maka dari itu diperlukan pengendalian gulma yang tepat agar tidak terjadi perebutan unsur hara bagi tanaman tebu. Pandawa Agri Indonesia melihat bahwa pengendalian gulma secara kimiawi yang biasa dilakukan di lahan tebu masih menggunakan pestisida dengan bahan aktif yang dapat menimbulkan efek samping bagi pengguna maupun lingkungan. Maka dari itu Pandawa Agri Indonesia mencoba untuk masuk ke industri perkebunan tebu untuk mengenalkan pertanian berkelanjutan dengan menggunakan reduktan pestisida. Selain gula, penelitian menyebutkan bahwa ampas tebu mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai energi terbarukan (biogasoline) dan untuk bisa memproduksi dan menjual biofuel tersebut, dibutuhkan sertifikasi Bonsucro.

  Sertifikasi ini memastikan bahwa produksi tebu dan rantai pasok memenuhi persyaratan berkelanjutan untuk produksi tebu yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Saat ini di Indonesia baru empat perusahaan yang mempunyai sertifikasi Bensucro. Dengan adanya potensi tersebut membuat Pandawa Agri Indonesia semakin bersemangat untuk membantu menciptakan pertanian berkelanjutan di industri tebu melalui reduktan pestisida.